Teks Khutbah 'Idul Fithri 1439 H/2018 M ~ Gema takbir dan tahmid telah berkumandang, menggetarkan alam raya dan jagat semesta. Hari yang dinanti telah tiba, pertanda bulan Ramadhan telah berakhir. Tiada kebahagiaan yang tercurah dalam hati, kecuali menanti saat yang fithri. Pada hari raya ini kita berkumpul, bersua dan bertatap mata, mampu menyiram dahaga perjalanan suci ibadah shaum kita. Memberi cahaya akan datangnya lembaran baru kehidupan setelah sebulan lamanya kita ditempa dalam perjuangan memerangi nafsu angkara yang senantiasa membelenggu manusia.
Betapa lapar, haus dan dahaga kita rasakan. Tiada harapan yang ditiupkan lewat angin-angin do’a, semoga ibadah shaum kita, tidak hanya sekedar lapar dan dahaga, lelah dan letih setiap hari, tetapi berbuah menjadi amal ibadah yang diterima oleh Alloh Azza Wajalla dan limpahan pahala sebagaimana yang telah dijanjikan kepada kita sekalian.
Rosululloh SAW bersabda yang artinya:
Tujuan diwajibkannya puasa oleh Alloh SWT, ialah agar kita semua benar-benar beriman dan bertaqwa kepada-Nya, menjadi orang-orang muttaqin. Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah Ayat : 183).”
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, bahwa dalam kata kunci yang menjadikan manusia mendapat kemuliaan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat hanyalah dengan jalan bertaqwa kepada Alloh SWT. Dengan taqwa prestasi tertinggi akan diraih, kebahagiaan yang kekal nan abadi akan didapat dan itu merupakan janji Alloh SWT, yang harus kita yakini. Taqwa menjadi point penting titik keberangkatan kita membangun jiwa dan pribadi yang lebih baik. Janganlah kita sia-siakan hidup yang hanya sekali ini, hiasilah dengan taqwa.
Baginda Imam Ali memberikan gambaran orang bertaqwa dengan sikap dan sifat seperti ini:
Ada lima diantara sifat orang yang bertaqwa kepada Alloh;
1. Takut Kepada Alloh
Segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini, semuanya ada di tangan Alloh SWT, Allohlah yang mengurus dan mengaturnya.
Ada rasa takut didalam hati, takut ibadah puasanya tidak diterima, takut tidak diberi rizki, takut tidak selamat dan takut dengan berbagai ancaman dari Alloh SWT. Itu akan melahirkan sikap tanggungjawab yang besar kepada diri kita.
Sekecil apapun dan kapanpun, dimana pun yang kita lakukan didalam hidup ini, baik ataupun jelek, semuanya akan dicatat oleh para malaikat, dan akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan pengadilan Alloh Azza Wajalla dan akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatannya, tidak akan di dzolimi sedikitpun.
Hidup ini bukanlah pemberian dengan Cuma-Cuma, bukanlah sesuatu yang disia-siakan, dibiarkan tiada berharga, sia-sia tidak berguna tetapi semuanya harus kita isi dengan sebaik-baiknya dengan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat dan itulah sikap taqwa yang harus kita pertahankan. Karena kita harus mempertanggungjawabkannya baik kepada sesama didunia ini, bagitu juga kepada Alloh selaku pemberi utama semua yang ada yang kita butuhkan.
وَٱتَّقُواْ يَوۡمٗا تُرۡجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ٢٨١
281. “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah ayat 281)
2. Bersyukur dengan Sungguh-Sungguh
Orang yang bertaqwa akan terhiasi hidupnya dengan syukur, baik kepada Alloh SWT ataupun sesama atas nikmat yang dirasakan diterima dan tergambarkan dalam sikaf peduli terhadap sesama.
Dengan sehat kita bersyukur kepada Alloh SWT dan peduli terhadap orang sakit, dengan rizkinya dia bersyukur kepada Alloh SWT dengan peduli terhadap orang yang membutuhkannya, dengan pangkatnya dia akan peduli terhadap bawahannya, pemimpin peduli terhadap rakyatnya, yang kuat peduli terhadap yang lemah, yang mampu peduli terhadap yang teraniyaya, yang kaya bersyukur dengan peduli terhadap yang miskin, yang berilmu peduli terhadap yang bodoh. Ini semua adalah bentuk syukur yang tercermin dalam ibadah puasa dengan peduli memberi makan dan minum bagi yang berbuka puasa, zakat fitrah dan santunan-santunan lain, rizki yang kita miliki tidak semata-mata hasil jerih payah kita sendiri, tetapi ada keringat orang lain yang bercucur menyertainya.
3. Mengamalkan Al-Qur’an
Orang yang bertaqwa selalu berusaha untuk menerapkan dan memperagakan ajaran Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah pelita kehidupan, Al-Qur’an adalah petunjuk jaminan kebahagiaan.
Al-Qur’an tidak diragukan lagi sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa, Al-Qur’an bukanlah jimat yang harus disimpan disalam lemari, tetapi kalimat suci kalam Illahi yang harus terpatri dalam diri. Dengan mengamalkan Al-Qur’an, akan lahir sikap jujur dan benar.
Sikap jujur akan melahirkan kepercayaan bagi orang lain, keamanan dan kenyamanan bagi siapapun, menghilangkan saling curiga, perasangka tidak baik. Dengan ibadah puasa kita terlatih untuk bersikap jujur, walaupun keinginan untuk makan dan minum dan perbuatan-perbuatan maksiyat lainnya, sangat mudah kita lakukan. Namun kita jujur dengan niat untuk menyelesaikan ibadah puasa dan fakta nyata benarnya pengakuan kita terhadap Al-Qur’an.
4. Menerima Keadaan yang Sedikit atau Bersabar
Rela menerima apa adanya dalam hidup ini, tidak ada kata putus asa, tidak mengeluh dan penyesalan, tiada marah atau bermuram durja, itulah sikap sabar. Karena semuanya merupakan anugrah dan kasih sayang dari Sang Kholiq yang diberikan kepada kita.
Mungkin terasa sangat sulit hati kita untuk menerimanya dengan rela dan ikhlas. Manusia menginginkan kepuasan dengan serba ada dan banyak, makan yang banyak, harta yang melimpah, itulah mimpi indah kita semua, pada akhirnya terjerumus dengan bujuk rayu syaitan, tidak ada kamus halal atau haram, tidak ada kawan ataupun lawan, tidak saudara atau handai tolan. Terhadap orang tua dan orang yang mengasihinya pun berani ditelantarkan, guna mengejar kemewahan dan kepuasan nafsu semata. Sabarnya hilang tak berbekas dalam hati. Nauzubillah.
Puasa melatih kita untuk sabar. Sabar memang pahit, tetapi akhitnya akan berbuah manis, mengikuti hawa nafsu memang manis, akhirnya akan terasa pahit.
5. Mempersiapkan Bekal Kepulangan
Hidup di dunia ini tidaklah kekal, ada sesuatu yang membatasinya yaitu kematian. Tiada satu teoripun yang bisa menghindarkan kita dari kematian, suatu kepastian yang ditentukan Alloh Sang Pencipta bagi makhluknya, apapun upaya dan usaha menghalanginya sia-sia belaka dan kematian akan menghantarkan manusia kehadirat Yang Maha Kuasa Sang Pencipta Alloh SWT.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
185. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imron Ayat 185)
Belak yang harus kita siapkan, solusi yang tepat untuk menghadapi kepulangan, bukanlah harta dengan gemerlapnya, jabatan dengan kekuasaannya, namun sikap taqwa kepada Alloh SWT lah atau amal shaleh yang akan menyertainya yang telah kita paparkan tadi dari hasil pelajaran Ibadah Puasa selama satu bulan lamanya.
Betapa merasa risih dan miris hati kita manakala kita melihat situasi dan kondisi dizaman modern ini, dimana kebejatan akhlak dan degradasi moral sangat meresahkan. Anak-anak muda kita banyak terobsesi dengan berbagai kejahatan, mabuk miras, judi, perkosaan, pelecehan seksual, pembunuhan, pemerasan dll, semuanya sudah tak asing lagi dalam pandangan dan pendengaran kita.
Dengan inti dari ibadah puasa marilah kita bangun diri kita, lingkungan dan masyarakat kita dengan bertaqwa kepada Alloh SWT.
Marilah kita berdo’a semoga segala kesalahan dan kekhilafan kita diampuni oleh Alloh SWT, orang tua kita, para pemimpin kita, tunjukanlah ya Alloh ! kami ke jalan yang benar, bimbinglah kami se ua, berilah kami hidayah dan taufiq, agar kami mampu melaksanakan segala perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-larangan-Mu demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.
Demikianlah sedikit tentang Teks Khutbah 'Idul Fithri 1439 H/2018 M yang bisa masjidalirfancikadu bagikan bersumber dari ketua umum MUI Kab. Bandung ( KH. Anwar Saifuddin Kamil) berjudul Sifat Orang Yang Bertaqwa. Semoga Bermanfaat.
Teks Khutbah 'Idul Fithri 1439 H/2018 M |
Betapa lapar, haus dan dahaga kita rasakan. Tiada harapan yang ditiupkan lewat angin-angin do’a, semoga ibadah shaum kita, tidak hanya sekedar lapar dan dahaga, lelah dan letih setiap hari, tetapi berbuah menjadi amal ibadah yang diterima oleh Alloh Azza Wajalla dan limpahan pahala sebagaimana yang telah dijanjikan kepada kita sekalian.
Rosululloh SAW bersabda yang artinya:
tiada sedikit orang yang berpuasa, akan tetapi tidak ada yang didapat dari puasanya hanya lapar dan dahaga.
Tujuan diwajibkannya puasa oleh Alloh SWT, ialah agar kita semua benar-benar beriman dan bertaqwa kepada-Nya, menjadi orang-orang muttaqin. Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah Ayat : 183).”
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, bahwa dalam kata kunci yang menjadikan manusia mendapat kemuliaan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat hanyalah dengan jalan bertaqwa kepada Alloh SWT. Dengan taqwa prestasi tertinggi akan diraih, kebahagiaan yang kekal nan abadi akan didapat dan itu merupakan janji Alloh SWT, yang harus kita yakini. Taqwa menjadi point penting titik keberangkatan kita membangun jiwa dan pribadi yang lebih baik. Janganlah kita sia-siakan hidup yang hanya sekali ini, hiasilah dengan taqwa.
Baginda Imam Ali memberikan gambaran orang bertaqwa dengan sikap dan sifat seperti ini:
Ada lima diantara sifat orang yang bertaqwa kepada Alloh;
1. Takut Kepada Alloh
Segala sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini, semuanya ada di tangan Alloh SWT, Allohlah yang mengurus dan mengaturnya.
Ada rasa takut didalam hati, takut ibadah puasanya tidak diterima, takut tidak diberi rizki, takut tidak selamat dan takut dengan berbagai ancaman dari Alloh SWT. Itu akan melahirkan sikap tanggungjawab yang besar kepada diri kita.
Sekecil apapun dan kapanpun, dimana pun yang kita lakukan didalam hidup ini, baik ataupun jelek, semuanya akan dicatat oleh para malaikat, dan akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan pengadilan Alloh Azza Wajalla dan akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatannya, tidak akan di dzolimi sedikitpun.
Hidup ini bukanlah pemberian dengan Cuma-Cuma, bukanlah sesuatu yang disia-siakan, dibiarkan tiada berharga, sia-sia tidak berguna tetapi semuanya harus kita isi dengan sebaik-baiknya dengan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat dan itulah sikap taqwa yang harus kita pertahankan. Karena kita harus mempertanggungjawabkannya baik kepada sesama didunia ini, bagitu juga kepada Alloh selaku pemberi utama semua yang ada yang kita butuhkan.
وَٱتَّقُواْ يَوۡمٗا تُرۡجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ٢٨١
281. “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah ayat 281)
2. Bersyukur dengan Sungguh-Sungguh
Orang yang bertaqwa akan terhiasi hidupnya dengan syukur, baik kepada Alloh SWT ataupun sesama atas nikmat yang dirasakan diterima dan tergambarkan dalam sikaf peduli terhadap sesama.
Dengan sehat kita bersyukur kepada Alloh SWT dan peduli terhadap orang sakit, dengan rizkinya dia bersyukur kepada Alloh SWT dengan peduli terhadap orang yang membutuhkannya, dengan pangkatnya dia akan peduli terhadap bawahannya, pemimpin peduli terhadap rakyatnya, yang kuat peduli terhadap yang lemah, yang mampu peduli terhadap yang teraniyaya, yang kaya bersyukur dengan peduli terhadap yang miskin, yang berilmu peduli terhadap yang bodoh. Ini semua adalah bentuk syukur yang tercermin dalam ibadah puasa dengan peduli memberi makan dan minum bagi yang berbuka puasa, zakat fitrah dan santunan-santunan lain, rizki yang kita miliki tidak semata-mata hasil jerih payah kita sendiri, tetapi ada keringat orang lain yang bercucur menyertainya.
3. Mengamalkan Al-Qur’an
Orang yang bertaqwa selalu berusaha untuk menerapkan dan memperagakan ajaran Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah pelita kehidupan, Al-Qur’an adalah petunjuk jaminan kebahagiaan.
Al-Qur’an tidak diragukan lagi sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa, Al-Qur’an bukanlah jimat yang harus disimpan disalam lemari, tetapi kalimat suci kalam Illahi yang harus terpatri dalam diri. Dengan mengamalkan Al-Qur’an, akan lahir sikap jujur dan benar.
Sikap jujur akan melahirkan kepercayaan bagi orang lain, keamanan dan kenyamanan bagi siapapun, menghilangkan saling curiga, perasangka tidak baik. Dengan ibadah puasa kita terlatih untuk bersikap jujur, walaupun keinginan untuk makan dan minum dan perbuatan-perbuatan maksiyat lainnya, sangat mudah kita lakukan. Namun kita jujur dengan niat untuk menyelesaikan ibadah puasa dan fakta nyata benarnya pengakuan kita terhadap Al-Qur’an.
4. Menerima Keadaan yang Sedikit atau Bersabar
Rela menerima apa adanya dalam hidup ini, tidak ada kata putus asa, tidak mengeluh dan penyesalan, tiada marah atau bermuram durja, itulah sikap sabar. Karena semuanya merupakan anugrah dan kasih sayang dari Sang Kholiq yang diberikan kepada kita.
Mungkin terasa sangat sulit hati kita untuk menerimanya dengan rela dan ikhlas. Manusia menginginkan kepuasan dengan serba ada dan banyak, makan yang banyak, harta yang melimpah, itulah mimpi indah kita semua, pada akhirnya terjerumus dengan bujuk rayu syaitan, tidak ada kamus halal atau haram, tidak ada kawan ataupun lawan, tidak saudara atau handai tolan. Terhadap orang tua dan orang yang mengasihinya pun berani ditelantarkan, guna mengejar kemewahan dan kepuasan nafsu semata. Sabarnya hilang tak berbekas dalam hati. Nauzubillah.
Puasa melatih kita untuk sabar. Sabar memang pahit, tetapi akhitnya akan berbuah manis, mengikuti hawa nafsu memang manis, akhirnya akan terasa pahit.
5. Mempersiapkan Bekal Kepulangan
Hidup di dunia ini tidaklah kekal, ada sesuatu yang membatasinya yaitu kematian. Tiada satu teoripun yang bisa menghindarkan kita dari kematian, suatu kepastian yang ditentukan Alloh Sang Pencipta bagi makhluknya, apapun upaya dan usaha menghalanginya sia-sia belaka dan kematian akan menghantarkan manusia kehadirat Yang Maha Kuasa Sang Pencipta Alloh SWT.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
185. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imron Ayat 185)
Belak yang harus kita siapkan, solusi yang tepat untuk menghadapi kepulangan, bukanlah harta dengan gemerlapnya, jabatan dengan kekuasaannya, namun sikap taqwa kepada Alloh SWT lah atau amal shaleh yang akan menyertainya yang telah kita paparkan tadi dari hasil pelajaran Ibadah Puasa selama satu bulan lamanya.
Betapa merasa risih dan miris hati kita manakala kita melihat situasi dan kondisi dizaman modern ini, dimana kebejatan akhlak dan degradasi moral sangat meresahkan. Anak-anak muda kita banyak terobsesi dengan berbagai kejahatan, mabuk miras, judi, perkosaan, pelecehan seksual, pembunuhan, pemerasan dll, semuanya sudah tak asing lagi dalam pandangan dan pendengaran kita.
Dengan inti dari ibadah puasa marilah kita bangun diri kita, lingkungan dan masyarakat kita dengan bertaqwa kepada Alloh SWT.
Marilah kita berdo’a semoga segala kesalahan dan kekhilafan kita diampuni oleh Alloh SWT, orang tua kita, para pemimpin kita, tunjukanlah ya Alloh ! kami ke jalan yang benar, bimbinglah kami se ua, berilah kami hidayah dan taufiq, agar kami mampu melaksanakan segala perintah-Mu dan menjauhi segala larangan-larangan-Mu demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.
Demikianlah sedikit tentang Teks Khutbah 'Idul Fithri 1439 H/2018 M yang bisa masjidalirfancikadu bagikan bersumber dari ketua umum MUI Kab. Bandung ( KH. Anwar Saifuddin Kamil) berjudul Sifat Orang Yang Bertaqwa. Semoga Bermanfaat.
Tag :
Kabar
0 Komentar untuk "Teks Khutbah 'Idul Fithri 1439 H/2018 M"